“Azza!”
Teriakan Rebecca membuat seisi kantin memperhatikannya. Yang dipanggil—Azza a.k.a. Gabrielle Taylor—hanya melambaikan tangan dengan wajah kaku. Jam istirahat makan siang ini bagai oasis di tengah padang pasir bagi Gabrielle. Ia habis mengalami hari yang buruk dan melelahkan. Dari meja sebelahnya, Kyle tampak merangkulnya dengan protektif.
“Tersenyumlah, babe, tidak akan seburuk itu kok.” Ia mencoba menenangkan.
Gabrielle mendengus. “Kau tidak tahu saja….”
Mereka sampai di meja yang sudah diisi dengan Rebecca, Melanie, Emma . Gabrielle mengambil tempat di sebelah Kyle, masih dengan wajah ditekuk. Ia hanya menggelengkan kepala saja ketika ditanya ada masalah apa, malas menjawab. Kyle berusaha menjadi pacar yang baik dengan mengalihkan pembicaraan sambil mengeluarkan beberapa lelucon andalannya.
Gabrielle bangkit dari kursinya beberapa saat kemudian. “Aku mau ambil makanan dulu.” Beritahunya. Menepuk punggung tangan Kyle dulu sebelumnya, lalu berjalan pergi mengambil nampan.Ia banyak berpikir selama perjalanan ke konter makanan. Ia memikirkan ucapan Mr Harry: bahwa ia harus menjadi asisten di kelas Fisika selama satu semester ini. Dan Gabrielle tidak suka. Ia tidak mau. Ia tahu bahwa menjadi asisten di kelas itu berarti tidak punya banyak waktu santai seperti sebelumnya. Tapi bagaimana bisa ia mengatakan ‘tidak’ pada pria di hadapannya ini?
Maka ia mengiyakan.
Susah memang jadi orang pintar, hngh.
Tepat ketika ia hendak mengambil nampan, ada tangan lain yang juga hendak mengambilnya. Sentuhan sesaat yang tidak disengaja itu menimbulkan aliran listrik statis. Sontak Gabrielle menjauhkan tangannya. Ia mendongak, dan makin terkejut melihat sosok itu.
Martin Kelly.
Martin tersenyum tipis padanya. “Hai.”
Butuh waktu beberapa saat bagi Gabrielle untuk membalas. “Oh, ya, hai.”
Diam.
“Jadi,” Martin membuka percakapan. “Mau membeli makanan juga?” Ia baru menyadari betapa retorisnya pertanyaan barusan. Tentu saja mengambil nampan artinya ingin membeli makanan. Martin tidak tahu sudah sehancur apa imejnya di hadapan Gabrielle.
Selama setengah hari ini ia praktis bagai penguntitnya Gabrielle. Membuntutinya di kelas manapun, bersyukur masih bisa memakai tameng bahwa mereka sekelas di tiap mata pelajaran. Tapi tentunya hal itu mencurigkan. Gabrielle terlalu pintar untuk dibodohi.
“Yeah,” jawab Gabrielle.
Martin meraih satu nampan, lalu menyerahkannya pada Gabrielle. Gabrielle menerimanya dengan kaku, memberi senyum singkat sambil mengucapkan terima kasih.
Mereka tidak bicara apa-apa lagi. Martin tahu Kyle mengawasi dari kejauhan.
(***)
Martin kembali ke mejanya dengan nampan penuh.
“Begitu saja?” Jordan mengangkat alis tidak percaya.
Martin duduk sambil mengambil roti di nampan. “Mau apa lagi memangnya? Kau tidak lihat nampanku sudah penuh begini.”
Jordan melotot sebal. “Jangan sok polos denganku, Kelly! Kau tahu maksudku!” ujarnya keras. Merendahkan nada suaranya kemudian agar anak-anak lain yang ada di meja ini tidak mendengar. “Mengenai Gabrielle ….”
Martin menggigit rotinya keras-keras, berlagak tidak peduli. “Lihat nanti saja,” gumamnya. “Tapi sudah jelas ia sepertinya sedikit naksir padaku.”
Suara tawa terdengar dari mulut Jordan. “Astaga, pede benar kau!”
“Aku serius. Ia hanya butuh sedikit gerakan dariku, dan lalu—touchdown.” Ujar Martin sambil meneguk botol colanya.
Jordan hanya menggelengkan kepalanya saja. “Ia tampaknya pemuda yang setia.”
Martin menyempatkan diri melirik ke arah Gabrielle yang berada di ujung ruangan. Sedang bercengkrama dengan teman-temannya. Plus tangan Nicklas yang dari tadi menggenggam jemari Aaron.
Ia hanya mendengus sebagai jawaban.
Harus mulai pikir rencana yang lebih jitu.
“Kau serius?” Jordan bertanya.
“Apa?”
“Ingin merebut Gabrielle dari pacarnya. Kau tahu bahwa Walker itu preman, kan?”
Martin menyeringai. “Aku tidak hendak merebutnya dari Walker, Jordan. Aku akan membuatnya jatuh cinta padaku. Aku akan membuat Gabrielle sendiri yang meninggalkan Walker untukku.”
(***)
Karena walau jemari Walker erat menggenggam tangannya, Martin tahu apa yang ada di kepala Gabrielle saat ini.
Kelly.
(***)
0 komentar:
Posting Komentar