Rabu, 12 September 2012

Loyalitas Viking Skandinavia

Ia Sendu

Berulang kali matanya melirik layar BlackBerry yang tengah tergeletak di meja. Raut wajahnya nampak murung, entah apa yang ada di kepalanya sekarang, Was-was, gelisah atau merasa di pinggirkan. Ia terlihat beda dari biasanya, barisan tatto di tubuhnya kini hanya terlihat sebagai tempelan tanpa makna, tidak terlihat lagi aura Viking, tidak tampak lagi semangat khas Skandinavia.

Iris cokelatnya kini memandang ke luar jendela, tampak seorang pria tegap berjalan menghampiri, langkahnya tak terlalu asing di pandanganya. Ia adalah Martin pria Slovakia teman akrabnya di Melwood ataupun di arena. "Hey Dani, apa kau sakit hari ini ??", sejak tadi aku mencarimu kemana saja kau tak datang latihan ??". Pria botak itu nampak serius ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi terhadap sahabatnya itu.

"It's okay, I'm okay", jawabnya simple dengan dialeg khas Dansk. Ia bisa saja membohongi teman karibnya itu, tapi ia tidak bisa membohongi dirinya sendiri. Ia cinta Liverpool, Ia cinta Merseyside, tapi nampaknya skenario akan mengubah segalanya. seperti dikutip BBC "Manajemen Liverpool akan menjualnya sebagai tambahan dana Brendan Rodgers mencari amunisi baru", Ia muak dengan Media, ia muak dengan pemikiran klub, dan ia muak dengan sikap manajemen terhadapnya.

Enam tahun sudah ia mengabdi di tim kota Pelabuhan, selama itu pula ia berjuang di derasnya arus pasang surut, hingga sekarang bisa berdiri sejajar dengan maskot club macam Steven Gerrard maupun panutanya di palang pintu pertahanan, Jamie Carragher.

"Hey mate, apa yang kau pikirkan ??" sebuah lengkingan menyadarkanya dari lamunan sesaat, Martin menarik tanganya, mengajaknya ke tempat biasanya mereka bersantai melepas penat setelah latihan maupun bertanding. "TripAdvisor" teriak lantang Martin, yang dibarengi senyum khas seorang Daniel Agger, nampaknya ia mulai melupakan sejenak perihal yang ada di pikiranya, tentang Barcelona atau tentang Manchester City yang memang gencar membujuknya untuk bergabung.

Hari nampak sudah terlalu senja untuk mereka menikamti refreshing. ia harus pulang ke Melwood untuk bergabung bersama rekan-rekan lain mempersiapkan diri untuk pertandingan esok hari, sedikit informasi besok adalah Minggu atau pekan kedua Premier League. The Reds sendiri harus menjamu juara bertahan Manchester City, tekanan ada di empunya stadiun, apa pasal sepekan lalu mereka harus tertunduk lesu dalam lawatan ke Hawthorns setelah di gebuk tuan rumah Westbromwich Albion 3-0 tanpa balas.

Hari itu bukan hanya naas bagi Liverpool, tapi sial bagi Daniel Agger kaitanya ke kaki Shane Long di menit 58 harus di bayar mahal, tanpa ragu Phil Dowd mengganjarnya dengan kartu merah langsung.

Mungkin dia bisa sedikit bernafas lega dengan alpa pada laga krusial itu, batinya akan sedikit redup tanpa harus menerima tekanan menghadapi tim yang digadang-gadang akan menjadi persinggahan barunya. Tapi ia buru-buru tersadar dari mimpi di siang bolong, "Ah, apa yang akan terjadi jika kelak aku harus bermain dengan tim lain dan harus melawan Liverpool, rumah kedua ku" Benaknya mulai menepis bayang-bayang ilusi di depan matanya.

Ia sudah kepalang berucap janji setia, dia masih ingat kala Fernando Torres yang lebih memilih hengkang ke rival demi meraih gelar yang di impikan. Ia juga masih sadar pernah berkata  “Bagi orang Denmark, itu sudah menyangkut penghormatan terhadap klub tempat Anda bermain.” . tapi sekarang posisinya berbeda ia tahu keadaan klub saat ini, tapi batinya berontak "Apakah harus aku yang jadi korban ??" otaknya kini dipenuhi beribu bahkan berjuta pertanyaan Difficult.

Ia hanya terpaku di tempat duduk, menyaksikan rekan-rekanya berjuang di lapangan. pandanganya nanar dan sesekali mengembuskan nafas, nafas muak yang penuh sesak di dadanya. 90 menit berlalu dengan hampa, Ia kembali menyendiri di lorong Melwood. hanya sapaan angin yang kini menemaninya dalam keranuman.

"Hey kawan" sebuah suara mengaggetkanya, suara lengking khas britania. nampaknya dia tak asing mendengarnya, bukan Martin bukan pula Pepe, matador Spanyol yang biasanya selalu bertingkah konyol sesudah mereka melakukan pertandingan. kini matanya tampak memandang sosok berwibawa itu. siapa lagi kalau bukan anak Whiston, pribumi Anfield salah satu sisa pejuang Istanbul, Steven Gerrard.

"Hay Steven", sapanya dengan agak pelan. "Apa yang kau pikirkan Viking ?", Stevie balik bertanya dengan sedikit harapan. "Aku tidak apa-apa, aku hanya sedikit kurang enak badan" akunya dengan senyum polos.

Steven mulai menghampirinya, kini sang kapten duduk disampingnya sambil tersenyum. "Aku tahu perasaanmu, kadang dunia memang tak adil" kau tahu kawan, semua bukan soal bagaimana kau bisa menerima keadaan, tapi ada hal lain yang lebih penting". "Jika kau merasa yakin dengan hatimu, percayalah orang lain pun akan melihatmu dengan keyakinanmu". aku memang bukan penguasa di sini, tapi aku selalu yakin setiap musimnya klub ini akan lebih baik. aku tak tertarik dengan aroma klub lain".

"Bagiku Liverpool lebih dari segalanya, meski kerontang akan selalu hadir menyapa tapi percayalah hujan kelak akan datang membasuh tubuhmu hingga kau bisa menari di bawah rinainya, teriak lantang kala pelangi menyambutmu ketika hujan reda dan panas mentari menghangatkanmu." , hahahaha... Steven mengakhiri ceramahnya dengan tawa seakan-akan dia kini ada di panggung sama dengan David Cameron, perdana menteri Inggris.

Agger sedikit mengangguk dengan semua nalar yang baru saja ia dengar, hatinya mulai pulih. semangatnya mulai kembali dan hasratnya mulai bergairah lagi. kini dia seakan cuek dengan rumor-rumor sampah, ia hanya berpikir yang terbaik untuk Liverpool dan mulai melupakan hal buruk yang mungkin akan menimpanya.

Matanya terlihat mulai berbinar, Raja Viking, Sven Forkbeard yang terpatri di tato punggugnya kini seakan bangkit dan siap memporakporandakan Inggris lagi dalam hal ini tim-tim lain di Premier League. Langit mulai tampak hitam tanda senja datang kala ia tersadar duduk seharian memikirkan hal yang tidak berguna. Ia pun sampai tak sadar Steven sudah berlalu sejak tadi, mungkin dia malas juga melihat hal aneh yang ia lakukan seharian.

Kini ia baru tersadar bahwa ia harus pulang, mungkin teman-temanya sudah menunggunya sejak tadi siang. ia segera beranjak kembali, bersiap mengapus segala keraguan. ia mulai berpikir semua yang dikatakan Steven tadi siang adalah benar.

Malam berganti pagi, ketika ia datang ke tempat latihan sendirian. ia aagak sedikit mempercepat larinya mungkin ia sadar sekarang pukul berapa. sepertinya pria bertato ini sadar terlambat latihan. ia tidak ingat apa yang ia lakukan semalam sebelum sebuah gurauan dari sang aktor Pepe Reina meramaikan suasana. "Hey Dani, tato barumu keren" "bisakah kau buatkan untuku" si Gundul Spain itu mulai beraksi.


Kini ia seakan tersambar petir, tertimpa pesawat atau apalah hal-hal extrim seperti di film-film Hollywood. matanya tertuju ke barisan jari-jari tangan kananya, ia sampai tak sadar semalam ia batik sendiri tulisan "YNWA" di sepanjang buku-buku jemarinya.


Apakah ini tanda isyarat komitmenya di klub pelabuhan, klub Mersey Merah yang sudah ia bela sejak enam tahun silam. sepertinya ia sangat yakin kepada dinamo-dinamo klub bahwa kesetiaanya tidak bisa di ukur dengan uang, tidak bisa dibeli dengan "Money"


Bursa transfer musim panas tersisa tinggal tiga hari, 72 jam untuk kapten Denmark ini bernafas lega bahwa ia akan tetap bertahan di Liverpool, menginjak rumput Anfield setiap pekanya.


Ia kini kembali seperti semula, Holger of the bone sepertinya siap berjaung lagi. dan Daniel Agger, sang Viking Skandinavia siap menjaga tembok Si Merah dari siapapun.


Related Posts by Categories

0 komentar:

Posting Komentar